Kamis, 23 Februari 2012

nabi isa al masih as

Kelahiran Maryam

Hanna adalah seorang bangsawan yang tulus, istri seorang alim keluarga Imran, namanya Yoakhim. Sudah lama ia berumah tangga, namun belum juga dikaruniai anak. Pada suatu hari, suaminya diejek oleh tetangganya tentang kemandulannya. Karena ejekan tersebut, suaminya pergi ke Bait Allah untuk sembahyang mohon anak. Demikian pula Hanna, sembahyang di rumah dengan permohonan yang sama. Doa mereka dikabulkan oleh Tuhan secara luar biasa. Hanna mengandung. Mereka sangat bersyukur ke hadirat Ilahi atas karuniaNya. Sebagai tanda syukurnya, Hanna na­dzar bahwa anak yang masih dalam kandungan akan dipersembahkan sebagai pelayan Bait Allah (3:35). Beliau melahirkan seorang anak perempuan yang dinamakan Maryam, dan mohon agar Maryam dan keturunannya dilindungi Ilahi dari godaan setan yang terkutuk (3:36).

Maryam dewasa

Di Bait Allah, Maryam diasuh oleh Nabi Zakaria sampai usia remaja (3:37). Dengan tekun dan sabar Zakaria mengasuh dan mendidik Maryam. Berkat didikannya, Maryam menjadi seorang wanita yang saleh. Setelah Maryam dewasa, rajin sekali ia beribadah. Hampir seluruh waktunya untuk zikir dan ibadah kepada Tuhan di Bait Allah. Setiap kali Zakaria masuk ke mihrab Maryam, selalu menemukan hidangan disisinya, maka ia bertanya: “Wahai Maryam, makanan ini engkau dapat dari mana?” Maryam hanya menjawab: “Ini dari Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Ia kehendaki tanpa hitungan” (3:37). Kesalehan Maryam itu membangkitkan keinginan Zakaria untuk mempunyai keturunan yang saleh (3:38). Siang malam Zakaria mohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak yang tulus yang akan meneruskan memimpin manusia ke jalan yang benar (19:2-6). Permohonan Zakaria dikabulkan Ilahi. Dengan perantaraan seorang malaikat, Zakaria memperoleh kabar gembira tentang lahirnya seorang anak laki-laki yang namanya Yahya (3:39; 19:7). Yahya dilahirkan ketika Zakaria telah mencapai usia lanjut (3:40-41; 19:8-11). Yahya seorang anak yang tulus, pandai, berbakti kepada Allah dan kepada kedua orang tuanya dan sekali-kali tidak sombong (19:12-15). Setelah dewasa Yahya diangkat sebagai Nabi Utusan Allah kepada bangsa Israel

Maryam menerima kasyaf (ru’ya)

Menurut adat kebiasaan kaum Yahudi, wanita yang sedang datang bulan tak boleh tinggal di Bait Allah, karena dianggap najis. Demikian pula Maryam, pada suatu waktu harus meninggalkan Bait Allah. Ia menyingkir ke sebelah Timur serta menyekat dirinya dengan sebuah tabir (19:16-17). Di sanalah Maryam menerima kasyaf (ru’ya) dari Ilahi dengan perantaraan malaikat Jibril yang menampakkan diri seperti seorang laki-laki (19:17). Maryam amat terkejut, dan mohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan (19:18). Jibril memperkenalkan diri, bahwa dirinya bukanlah orang jahat, melainkan seorang Utusan Ilahi, yang diutus agar menyampaikan kabar gembira kepada Maryam bahwa:
Maryam adalah wanita yang terpilih dan disucikan (3:42),
Maryam agar memperbanyak bakti kepada Allah SWT (3:43), dan
Maryam akan melahirkan seorang anak laki-laki yang suci (19:19), namanya Al-Masih Isa Ibnu Maryam, yang dihormati di dunia dan akhirat dan tergolong orang-orang tulus dan dekat dengan Allah, ia akan melaksanakan tugas sebagai Nabi sampai usia lanjut (3:45-46).
Maryam amat bergembira dan sedih menerima kasyaf tersebut. Bergembira karena beliau wanita yang beruntung, dimuliakan Ilahi. Beliau sangat sedih, karena mendapat kabar akan melahirkan seorang anak laki-laki, padahal beliau belum berumah tangga. Bagaimana bisa terjadi? (19:20;3:47). Beliau tidak mengerti bahwa dirinya sedang ramai diperebutkan siapa yang beruntung bisa memeliharanya sebagai istri (3:44). Jibril menghibur, supaya Maryam tidak bersedih hati, karena Tuhan akan menyingkirkan rintangan Maryam untuk melahirkan (21:91) sebagaimana Allah menyingkirkan halangan Elisabet untuk mengandung dan melahirkan Yahya dalam usia lanjut (21:90). Bagi Tuhan amat mudah menyingkirkan rintangan itu, karena Tuhan menghendaki Nabi Isa as. adalah Al-Masih yang kedatangannya dinanti-nantikan oleh Bani Israil. Masalah ini telah diputuskan Ilahi (3:47;19:21). Rintangan yang dihadapi oleh Maryam, ialah anggapan Maryam bahwa seorang biarawati harus hidup wadat. Ini tidak benar, karena aturan itu bikin-bikinan para rahib sendiri, bukan syariat Musa (57:27).

Kelahiran Al-Masih

Akhirnya Maryam berumah tangga. Pria yang beruntung mendapat undian untuk memelihara Maryam sebagai istri ialah Yusuf si tukang kayu. Beberapa bulan kemudian, Maryam mengandung (19:22). Pada saat akan melahirkan, Maryam pergi ke tempat yang jauh (19:22) ke kota betlehem di Yudea untuk keperluan sensus penduduk (Lukas 2:2-6). Dalam perjalanan inilah Maryam melahirkan Al-Masih yang kelahirannya telah dinubuatkan oleh para nabi terdahulu. Al-Masih dilahirkan kembar, saudara kembarnya ialah Thomas alias Didymus (Yohanes 11:16). Kelahiran Al-Masih itu pada musim korma (19:23-26), kira-kira bulan September-Oktober tahun 6 sebelum Masehi. Jadi, Al-Masih tidak dilahirkan pada tanggal 25 Desember sebagaimana diyakini oleh umat Kristen sekarang. Jika Al-Masih dilahirkan pada tanggal 25 Desember, dustalah cerita Lukas, bahwa ketika Al-Masih dilahirkan, pada malam itu banyak para penggembala berada di padang menjaga kawanan ternak mereka (Lukas 2:8). Hal ini tak mungkin terjadi pada tanggal 25 Desember, sebab pada tanggal tersebut di daerah 23 ½ – 66 ½ L.U. mulai musim dingin.

Masa kanak-kanak dan remaja Al-Masih

Pada hari yang ke 8, Al-Masih dibawa ke Bait Allah di Yerusalem untuk disunnat (Lukas 2:21). Kemudian oleh kedua orang tuanya dibawa lari ke Mesir untuk menyelamatkan diri dari ancaman Herodes yang agung. Setelah Herodes meninggal pada awal tahun 4 sebelum masehi, digantikan oleh Arkhilaus, kembalilah Yusuf dan Maryam dengan membawa anaknya, ke tanah Israil dan menetap di Nasaret di daerah Galilea. Sampai beliau berusia 12 tahun (Matius 2:1-23). Nicholas Notovich seorang musafir Rusia yang menulis sejarah berbagai nabi menceritakan: “Tatkala Isa mencapai usia 13 tahun, yaitu saat untuk menikah bagi bangsa Israil…. Beliau diam-diam menghilang dari rumah orang tua beliau. Beliau meninggalkan Yerusalem dan berangkat ke Sind (India) …. Beliau melintasi Sind dan menetap di daerah bertuhan (penyembah Tuhan) didaerah Ainjab yang memiliki lima sungai. Lalu beliau menjelajahi seluruh daerah India; beliau hidup 6 tahun lamanya di tempat-tempat yang berlainan, seperti Benares, Jahganath dan Rayagriba. Orang berduyun-duyun mendengarkan ajaran beliau, tetapi beliau membuat marahnya kaum Brahim (kaum pendeta agama Hindu), tatkala beliau mengajarkan derajat manusia adalah sama; karena adanya sugesti bahwa Brahmin adalah setaraf dengan kaum Sudra, itu dianggap mencemarkan kaidah suci. Kaum Brahmin berusaha untuk menganiaya Yesus dan beliau terpaksa lari ke daerah pegunungan Himalaya, dan terus ke Persia. Beliau tiba kembali di Israil pada usia 29 tahun”.

Kenabian Isa Al-Masih as.

Isa Al-Masih (Yesus Kristus) bertemu kembali dengan keluarga dan kaumnya. Ayahnya telah lama wafat, ketika beliau masih dalam perantauan. Kini, beliau membantu ibunya mengasuh adik-adiknya. Pada usia 30 tahun, beliau diangkat sebagai Nabi Utusan Allah untuk bangsa Israil (3:49; 19:30). Beliau diutus membetulkan Torat dan melunakkan syariat Musa (3:50). Beliau mengajarkan bahwa Allah itu Maha Esa dan mengajak kaumnya agar mengabdi kepadaNya (3:51; 5:117; 19:36; 43:64), dengan membawa banyak tanda bukti, diantaranya:
Membuat burung dari tanah (3:48; 5:110),
Menyembuhkan orang sakit buta dan lepra (3:48; 5:110),
Menghidupkan orang mati (3:48; 5:110), dan sebagainya.
Nabi Isa Al-Masih adalah contoh yang sempurna dari sifat jamali, yaitu sifat keindahan dan keelokan budi pekerti. Beliau seorang yang selalu mendirikan salat dan membayar zakat (19:34) serta mengerjakan puasa (Matius 4:2). Beliau tak berlaku kasar terhadap ibunya (19:32) sebagaimana diceritakan oleh Injil Matius (12:48). Doktrin pokok ajaran beliau adalah membalas keburukan dengan kebaikan (Matius 5:39-40). Beliau adalah seorang hamba Allah (19:30; 43:50) yang diangkat sebagai Nabi (19:30), diutus kepada bangsa Israil (3:49). Beliau membutuhkan makan, minum dan akhirnya wafat (5:75) sebagaimana para nabi sebelumnya (5:75). Jadi, keliru sekali anggapan Gereja bahwa beliau adalah Tuhan yang harus disembah, hidup langgeng di langit tanpa makan dan minum. Beliau telah menyangkal pengakuan sebagai Anak Allah atau Tuhan (5:116). Ungkapan Anak Allah hanyalah dalam arti ibarat, bukan dalam arti yang sebenar-benarnya, yang dimaksud ialah orang baik, sedangkan orang jahat biasa disebut anak setan.

0 komentar:

Posting Komentar