Rabu, 25 Januari 2012

Bagaimana Islam memandang Ilmu Pengetahuan


Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan Islam merupakan agama yang mengagunkan ilmu pengetahuan. Pandangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan sangat signifikan. Hal ini tampak pada syarat keislaman seseorang bahwasanya ia harus menggunakan otaknya untuk berfikir dan menerima wahyu/ ajaran Islam. Ya, Islam sangat memuliakan ilmu pengetahuan bahkan wahyu yang pertamakali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah keharusan membaca yaitu melihat, meneliti huruf dan alam.
Dalam surah al-‘Alaq ayat 1-5 disebutkan:
اقرأ باسم ربك الذى خلق (1) خلق الإنسان من علق (2) اقرأ وربك الأكرام (3) الذى علم باالقلم (4) علم الإنسان ما لم يعلم

Artinya: “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah (3) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca] (4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya(5)”
Perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan tersebut sangat jelas bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Islam sangat melarang taqlidu-l a’ma namun mewajibkan ummatnya untuk al-ittiba’. Taqlidu-l a’ma dan al-ittiba’ memiliki arti yang berbeda. Taqlidu-l a’ma berarti hanya mengikuti orang-orang sebelumnya, mengikuti apa yang dikerjakan orang yang lebih tua tanpa tahu ilmunya dan mengerti dasarnya, sebaliknya al-ittiba’ adalah mengikuti orang-orang terdahulu namun dengan disertai ilmu pengetahuan tentangnya, bukan hanya mengekor tapi tahu apa, mengapa, bagaimana dan untuk apa syariat/ ajaran yang diterimanya.
Meskipun begitu, ada batasan-batasan dalam menggunakan akal dalam hal-hal syariat. Pedoman hidup seorang Muslim beragama Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits, barulah kemudian menggunakan akal dalam menentukan masalah-masalah syariah dan muamalah. Hal ini senada dengan percakapan Nabi Muhammad SAW dan Muadz Ibn Jabal.
Ketika Rasulullah SAW hendak mengirimnya ke Yaman, lebih dulu ditanyainya, “Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Mu’adz?”
“Kitabullah,” jawab Mu’adz.
“Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?”, tanya Rasulullah pula.
“Saya putuskan dengan Sunnah Rasul.”
“Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?”
“Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia (Melampaui Batas) ,” jawab Muadz.
Maka berseri-serilah wajah Rasulullah. “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah,” sabda beliau.
Penggunaan akal secara eksplisit disebutkan juga dalam sabda Rasulullah SAW di madinah kepada kaum muslimin yaitu perkataan beliau, “Antum a’lamu biumuuri dunyaakum”. Artinya ‘Kalian lebih mengetahui urusan dunia masing-masing’. Urusan dunia yang dimaksudkan yaitu selain masalah mu’amalah dan syari’ah serta ibadah contohnya adalah masalah bercocok tanam, membangun rumah, mendesain permukiman, menggunakan berbagai alat untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari atau kini disebut dengan pemanfaatan teknologi.
Melalui artikel bertajuk Islam dan ilmu pengetahuan yang singkat ini, marilah kita gunakan akal yang merupakan pemberian tertinggi dari Allah kepada Manusia saja. Menggunakan akal dengan berfikir, merenungi ciptaan Allah sehingga kita termasuk orang-orang ulul-Albab sebagaimana firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 190-191
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran 190-191)
SUMBER; http://imtaq.com/pandangan-islam-terhadap-ilmu-pengetahuan/

0 komentar:

Posting Komentar